Selasa, 26 April 2016

langkah awal

bukan untuk diperdebatkan hal yang sudah jelas keberadaannya, tinggal bagai mana langkah awal yg pasti untuk merubah dan menutaskannya.

Minggu, 10 April 2016

KEKUATAN DIRI



DIMANA KEKUATAN ANDA BERSEMBUNYI, JIKA ANDA MASIH MERASA LEMAH. PADAHAL ALLAH TELAH MEMBERIKAN KEKUTAN PADA DIRI ANDA, TANPA KEKUATAN ITU ANDA AKAN SELALU LEMAH. ORANG LAIN BISA KENAPA ANDA TIDAK BISA, PADA HAL ANDA DAN MEREKA SAMA CIPTAAN ALLAH. JELAS DAN PASTI ANDA DIBERIKAN KEKUATAN DARI SUDUT DAN FUNGSI YANG BERBEDA.

ANDA TAHU APA YANG ANDA MILIKI, ATAU ANDA BELUM NYADARI KEKUATAN DIRI. DISAAT ANDA BISA BERBUAT SEMENTARA YANG LAIN TIDAK BISA, MAKA SEBENARNYA ITULAH KEKUATAN ANDA YANG HARUS ANDA OLAH. DAN ITU LAH BEKAL UNTUK MENGHIDUPKAN  HIDUP ANDA YANG SEBENARNYA.

TAK PERLU MENCERMIN KEPDA ORANG LAIN, TAK PERLU INGIN MENJADI ORANG LAIN, JIKA KARENANYA ANDA HIDUP DALAM BAYANGAN NAMA ORANG LAIN. JADILAH DIRI SENDIRI DENGAN KEKUATAN YANG SEBENARNYA TIDAK DIMILIKI ORANG LAIN.

Sabtu, 09 April 2016

radikalime

Dalam sejarah munculnya Islam di Indonesia, Islam yang dibawa para wali masa lalu dapat hidup damai berdampingan dengan umat lain yang hidup masa itu. Namun seiring perubahan zaman dan tuntutan tatanan sosial, ditengah semakin meluas dan berkembangnya islam di Indonesia, kemunculan sakte-sakte atau aliran dalam Islam terus bermunculan. Islam berkembang sesuai dengan latar belakang kebudayaan dan kondisi alam yang ada di daerah penganutnya.
Dari farian ini, kemunculan Islam radikal di Indonesia menjadi nyata, seiring perubahan tatanan sosial dan politik seperti yang telah saya paparkan di atas. Terlebih setelah kehadiran orang-orang Arab muda dari Hadramaut Yaman ke Indonesia yang membawa ideologi baru ke tanah air, turut mengubah konstelasi umat Islam di Indonesia.
Ideologi baru yang mereka bawa lebih keras dan tidak mengenal toleransi, sebab banyak dipengaruhi oleh mazhab pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab atau Wahabi yang saat ini menjadi ideologi resmi pemerintah Arab Saudi.
Padahal sebelumnya hampir semua para pendatang Arab yang datang ke Asia Tenggara adalah penganut mazhab Syafi’i yang penuh dengan teloransi, ramah dan bisa menghargai perbedaan. Dan saat ini ideologi tersebut telah melahirkan banyak tokoh radikalis, semisal Ustadz Abu Bakar Baasyir, Ja’far Umar Talib dan Habib Rizieq Shihab.
Kemudian dalam catatan sejarah radikalisme Islam semakin menggeliat pada pasca kemerdekaan hingga pasca reformasi, Sejak Kartosuwirjo memimpin operasi 1950-an di bawah bendera Darul Islam (DI). Sebuah gerakan politik dengan mengatasnamakan agama, justifikasi agama dan sebagainya.
Dalam sejarahnya gerakan ini akhirnya dapat digagalkan, akan tetapi kemudian gerakan ini muncul kembali pada masa pemerintahan Soeharto, hanya saja bedanya, gerakan radikalisme di era Soeharto sebagian muncul atas rekayasa oleh militer atau melalui intelijen melalui Ali Moertopo dengan Opsusnya, ada pula Bakin yang merekayasa bekas anggota DI/TII, sebagian direkrut kemudian disuruh melakukan berbagai aksi seperti Komando Jihad, dalam rangka memojokkan Islam.
Setelah itu sejak jatuhnya Soeharto, ada era demokratisasi dan masa-masa kebebasan, sehingga secara tidak langsung memfasilitasi beberapa kelompok radikal ini untuk muncul lebih nyata, lebih militan dan lebih vokal, ditambah lagi dengan liputan media, khususnya media elektronik, sehingga pada akhirnya gerakan ini lebih tanpak.[1]
Setelah DI, muncul Komando Jihad (Komji) pada 1976 kemudian meledakkan tempat ibadah. Pada 1977, Front Pembebasan Muslim Indonesia melakukan hal sama. Dan tindakan teror oleh Pola Perjuangan Revolusioner Islam, 1978.[2] Tidak lama kemudian, setelah pasca reformasi muncul lagi gerakan yang beraroma radikal yang dipimpin oleh Azhari dan Nurdin M. Top dan gerakan-gerakan radikal lainnya yang bertebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Poso, Ambon dan yang lainnya.
Semangat radikalisme tentu tidak luput dari persoalan politik. Persoalan politik memang sering kali menimbulkan gejala-gejala tindakan yang radikal. Sehingga berakibat pada kenyamanan umat beragama yang ada di Indonesia dari berbagai ragamnya.
Dalam konstelasi politik Indonesia, masalah radikalisme Islam makin besar karena pendukungnya juga makin meningkat. Akan tetapi gerakan-gerakan ini lambat laun berbeda tujuan, serta tidak mempunyai pola yang seragam. Ada yang sekedar memperjuangkan implementasi syari’at Islam tanpa keharusan mendirikan “negara Islam”, namun ada pula yang memperjuangkan berdirinya negara Islam Indonesia, disamping yang memperjuangkan berdirinya “kekhalifahan Islam’, pola organisasinya pun beragam, mulai dari gerakan moral ideologi seperti Majelis Mujahidin Indonesia dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sampai kepada gaya militer seperti Laskar Jihad, dan FPI.[3]

[1] Azumardi Azra, dalam Artikel Tempo (15-12-02) “Radikalisme Islam Indonesia”.
[2] M. Zaki Mubarak, Geneologi Islam Radikal di Indonesia, ( Jakarta :LP3ES, 2008).

[3] Endang Turmudi (ed), Islam dan Radikalisme di Indonesia, (Jakarta :LIPI Press, 


toleransi

PIDATO (Toleransi adalah Kunci Persatuan Nasional)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu

Yang saya hormati Ibu guru SMA Negeri 1 Blega
Dan yang saya sayangi teman sekalian yang berbahagia.

                   Di pagi yang cerah ini marilah kita bersama-sama panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, nikmat dan hidayahnya kita dapat berkumpul dalam keadaan sehat wal’afiat. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw, karena beliaulah yang membawa kita dari alam jahiliyah maenuju alam islamiyah ini.
                   Pertama, saya ucapkan terimakasih kepada Hadirin sekalian karena saya telah di ijinkan untuk berpidato dengan judul “Toleransi adalah kunci persatuan nasional”. Secara lansung maupun tidak langsung, kita hidup didunia ini secara berdampingan dan berbeda-beda. Berbeda agama, berbeda suku, berbeda budaya. Dan selama kita hidup berdampingan, satu sisi ada yang memang positif dan baik sementara disisi lain kita memang negatif dan tidak baik.
                   Untuk mencegah adanya perselisihan antar manusia, saya ingin mengajak hadirin sekalian untuk menanamkan sikap toleransi dalam hidup berdampingan. Toleransi adalah sikap kita untuk menghormati dan menghargai segala tindakan yang dilakukan oleh orang lain. Dan siapa yang berhak kita toleransi??? Yang berhak kita toleransi adalah semua manusia yang ada di dunia ini selama mereka masih melakukan tidakan yang tidak keterlaluan. Dari mereka yang sama dengan kita, hingga mereka yang berbeda agama, berbeda budaya, berbeda suku, dll.karena walaupun kita berbeda-beda, akan tetapi kita satu negara dan di ikat dengan Persatuan Nasional.
                   Toleransi dalam hidup terbagi atas toleransi terhadap sesama muslim dan toleransi terhadap kaum nonmuslim. Toleransi sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena di samping sebagai tuntutan sosial,  juga merupakan wujud persaudaraan yang terikat oleh tali Aqidah yang sama. Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan tertentu selama mereka mau menghargai kita, dan tidak mengganggu kita. Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya kita sama yaitu sebagai makhluk Allah SWT. Jadi walaupun kita berbeda agama, kita juga harus bisa menghormati mereka. Namun tidak dianjurkan kepada kita bertoleransi dengan orang yang berbeda agama tentang aqidah dan kepercayaan, karena telah dijelaskan dalam Surah Al-kafiruun ayat 1- 6 yang artinya “Katakanlah: Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah , Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku”. Jadi kita boleh bertoleransi dengan umat non muslim dalam hal dunia saja, tidak untuk akhirat.
                   Bersikap toleransi bukan berarti kita toleran terhadap sesuatu secara membabi buta tanpa memiliki pendirian, tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil dan membela kebenaran. Kita tetap harus tegas dan adil jika dihadapkan pada suatu masalah baik menyangkut diri sendiri, keluarga ataupun orang lain. Kita sebagai pelajar harus mempunyai sikap toleransi terhadap apa yang ada di sekitar kita, contohnya mematuhi tata tertib sekolah, saling menyayangi dan menghormati sesama pelajar, Berkata yang sopan, tidak berbicara kotor, atau menyinggung perasaan orang lain. Insyallah, apabila kita menerapkan sikap toleransi dalam diri kita, rasakan sendiri manfaatnya, kita akan hidup berdampingan secara damai, adanya kesejahteraan, persatuan dan kesatuan dapat kita wujudkan bersama, dan pembangunan negara yang kita rencanakan akan berjalan lancar.

                   Jadi, Mari kita tegakkan Toleransi dalam diri kita. Karena toleransi merupakan kunci persatuan nasional, agar kita generasi muda dapat bersama-sama membangun negara Indonesia dengan ikatan persaudaraan yaitu merasa satu darah Indonesia.
                   Mungkin cukup sekian yang dapat saya sampaikan, apabila terdapat kata-kata yang tidak berkenan di hati hadirin sekalis, saya mohon maaf dan terimakasih.
Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatu


Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap adanya keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
MULTIKULTURALISME
Posted by: nuraini ajeeng on: January 6, 2013
·         In: Uncategorized

·         Leave a Comment
PENGERTIAN MULTIKULTURALISME
Secara sederhana multikulturalisme berarti “keberagaman budaya”.  Istilah multikultural ini sering digunakan untuk menggambarkan tentang kondisi masyarakat yang terdiri dari keberagaman agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda. Selanjutnya dalam khasanah keilmuan, istilah multikultural ini dibedakan ke dalam beberapa ekspresi yang lebih sederhana, seperti pluralitas (plurality) mengandaikan adanya “hal-hal yang lebih dari satu (many)”,keragaman (diversity) menunjukkan bahwa keberadaan yang “lebih dari satu” itu berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tidak dapat disamakan, dan multikultural (multicultural) itu sendiri.
Secara epistmologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya. Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan.
Pengertian multikulturalisme mengandung dua pengertian yang sangat kompleks, yaitu “multi” yang berati jamak atau plural, dan “kulural” yang berarti  kultur atau budaya. Istilah plural mengandung arti yang berjenis-jenis, karena pluralisme bukan sekedar pengakuan akan adanya hal yang berjenis-jenis tetapi pengakuan tersebut memiliki implikasi politis, sosial, ekonomi dan budaya. Dalam pengertian tradisonal tentang multikulturalisme memiliki dua ciri utama; pertama, kebutuhan terhadap pengakuan (the need of recognition). Kedua, legitimasi keragaman budaya atau pluralisme budaya. Dalam gelombang pertama multikulturalisme yang esensi terhadap perjuangan kelakuan budaya yang berbeda (the other).
Mengutip S. Saptaatmaja dari buku Multiculturalisme Educations: A Teacher Guide To Linking Context, Process And Content karya Hilda Hernandes, bahwa multikulturalisme adalah bertujuan untuk kerjasama, kesederajatan dan mengapresiasi dalam dunia yang kian kompleks dan tidak monokultur lagi. Pengertian dari Hilda ini mengajak kita untuk lebih arif melihat perbedaan dan usaha untuk bekerjasama secara positif dengan yang berbeda. Disamping untuk terus mewaspadai segala bentuk-bentuk sikap yang bisa mereduksi multikulturalisme itu sendiri. Lebih jauh, Pasurdi Suparlan memberikan penekanan, bahwa multikulturalisme adalah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan, baik secara individu maupun kebudayaan. Yang menarik disini adalah penggunaan kata ideologi sebagai penggambaran bahwa betapa mendesaknya kehidupan yang menghormati perbedaan, dan memandang setiap keberagaman sebagai suatu kewajaran serta sederajat.
Selanjutnya Suparlan mengutip Fay, Jary dan Jary (1991), Watson (2000) dan Reed menyebutkan bahwa multikulturalisme ini akan menjadi acuan utama bagi terwujudnya masyarakat multikultural, karena multikulturalisme sebagai sebuah ideologi akan mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat (termasuk juga masyarakat bangsa seperti Indonesia) mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan seperti sebuah mosaik. Dengan demikian, multikulturalisme diperlukan dalam bentuk tata kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis meskipun terdiri dari beraneka ragam latar belakang kebudayan.
Dari gambaran pemahaman tentang multikultural yang dikemukakan di atas, maka dapat  dipahami bahwa inti dari konsep multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Apabila pluralitas sekadar merepresentasikan adanya kemajemukan (yang lebih dari satu), maka multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama di dalam ruang public. Multikulturalisme menjadi semacam respons kebijakan baru terhadap keragaman. Dengan kata lain, adanya komunitas-komunitas yang berbeda saja tidak cukup; sebab yang terpenting adalah bahwa komunitas-komunitas itu diperlakukan sama oleh Negara.
Kesadaran akan adanya keberagaman budaya disebut sebagai kehidupan multikultural. Akan tetapi tentu, tidak cukup hanya sampai disitu. Bahwa suatu kemestian agar setiap kesadaran akan adanya keberagaman, mesti ditingkatkan lagi menjadi apresiasi dan dielaborasi secara positif. pemahaman ini yang disebut sebagai multikulturalisme. Multikulturalisme’ (multiculturalisme)-meskipun berkaitan dan sering disamakan-adalah kecenderungan yang berbeda dengan pluralisme. Multikulturalisme adalah sebuah relasi pluralitas yang di dalamnya terdapat problem minoritas (minority groups) vs mayoritas (mayority group), yang di dalamnya ada perjuangan eksistensial bagi pengakuan, persamaan (equality), kesetaraan, dan keadilan (justice).

SEJARAH MULTIKULTURALISME
Multikulturalisme mulai dijadikan kebijakan resmi di negara berbahasa inggris (English-speaking countries) dimulai di Kanada pada tahun 1079-an. Kebijakan ini kemudian diadopsi oleh sebagian besar anggota Uni Eropa seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan lainnya., sebagai kebijakan resmi, dan sebagai konsensus sosial diantara elit. Sebagai sebuah gerakan, menurut Bhiku Parekh, setelah tiga dekade sejak digulirkan, multikulturalisme sudah mengalami dua gelombang penting, yaitu;
Pertama, multikulturalisme dalam konteks perjuangan pengakuan budaya yang berbeda. Prinsip kebutuhan terhadap pengakuan (needs of recognition) adalah ciri utama dari gelombang pertama ini. Kedua, (gelombang kedua) adalah multikulturalisme yang melegitimasi keragaman budaya, yang mengalami beberapa tahapan, diantaranya: kebutuhan atas pengakuan, melibatkan berbagai disiplin akademik lain, pembebasan melawan imperealisme dan kolonialisme, gerakan pembebasan kelompok identitas dan masyarakat asli/ masyarakat conform (indigeneous people), post-kolonialisme,  globalisasi, post-nasionalisme, post-modernisme, post-strukturalisme yang mendekonstruksi struktur kemapanan dalam masyarakat.
Untuk menghindari kekeliruan dalam diskursus tentang multikulturalisme, Bikhu Parekh menggaris bawahi tiga asumsi yang harus diperhatikan dalam kajian ini, yaitu;
1.    pada dasarnya manusia akan terikat dengan struktur dan sistem budayanya sendiri dimana dia hidup dan berinteraksi.  Keterikatan ini tidak berarti bahwa manusia tidak disposition bersikap kritis terhadap complement budaya tersebut, akan tetapi mereka dibentuk oleh budayanya dan akan selalu melihat segala sesuatu berdasarkan budayanya tersebut.
2.    perbedaan budaya merupakan representasi dari complement nilai dan cara pandang tentang kebaikan yang berbeda pula. Oleh karena itu, suatu budaya merupakan suatu entitas yang relations sekaligus prejudiced dan memerlukan budaya lain untuk memahaminya. Sehingga, tidak satu budaya joke yang berhak memaksakan budayanya kepada complement budaya lain.
3.    pada dasarnya, budaya secara inner merupakan entitas yang plural yang merefleksikan interaksi antar perbedeaan tradisi dan untaian cara pandang. Hal ini tidak berarti menegaskan koherensi dan identitas budaya, akan tetapi budaya pada dasarnya adalah sesuatu yang majemuk, terus berproses dan terbuka.

JENIS-JENIS MULTIKULTURALISME
Berbagai macam pengertian dan kecenderungan perkembangan konsep serta praktek multikulturalisme yang diungkapkan oleh para ahli, membuat seorang tokoh bernama Parekh membedakan 5 macam multikulturalisme, yaitu:
1.    Multikulturalisme isolasionis, mengacu pada masyarakat dimana berbagai kelompok kultural menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi yang hanya minimal satu sama lain.
2.    Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan meraka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.
3.    Multikulturalisme otonomis, masyarakat plural dimana kelompok kutural utama berusaha mewujudkan kesetaraan (equality) dengan budaya dominan dan menginginkan kehidupan otonom dalam kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok-pokok kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat dimana semua kelompok bisa eksis sebagai mitra sejajar.
4.    Multikulturalisme kritikal atau interaktif, yakni masyarakat plural dimana kelompok-kelompok kultural tidak terlalu terfokus (concern) dengan kehidupan kultural otonom; tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif distingtif mereka. Multikultural ini, berlaku di Amerika Serikat dan Inggris perjuangan kulit hitam dalam menuntut kemerdekaan.
5.    Multikulturalisme kosmopolitan, berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat di mana setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu dan, sebaliknya, secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.


Sumber:



Jumat, 01 April 2016

kelemahan dan kekuatan



bukan mereka atau pun siapa pun dia yang akan menetukan jalan hidup mu, tapi dirimulah yang akan menjalani dan mersakan kemudian dari hasil yang dilakukan. diciptakan dengan segala kelemahan dan kelebihan, dengan segala persaman dan perbedaan untuk bekal dalam perjalan untuk kembali.

dengan kelebihan dan persamanlah anda akan dapat mengejar dan meraih impian yang ingin kou genggam. dengan mengenali kelebihan dalam diri sebagai kekuatan dan potensi diri yang harus disumbangsihkan kepada dunia ini, karena itu anda memiliki peranan tersendiri dalam alam semesta ini. dengan merekalah yang memiliki persamaan, anda dapat saling menyempurnakan. dan kemudian dapat mengoptimalkan daya guna yang ada.

sadari sepenuhnya bahwa dalam meraih apa yang anda inginkan harsus bercermin kepada mereka yang sukses, dimana pada awalnya mereka memiliki persaman dalam impian dan tujuan hidupnya. dengan demikian anda memiliki acuan pigur  sebagai literatur untuk mencapainya. carilah benang dengan arah dan warna yang sama. agar dapat membantu gambaran apa yang hendak anda lukiskan untuk memperjelas impian itu.

jangan takut gagal, sebenarnya rasa takut itu yang telah membuat anda gagal sebelum mencoba. kuliti diri, kenali diri dan jawab segala pertanyaan yang ada dalam diri. kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, melainkan berawal dari sebuah pertanyan tentang diri. saat terjawab apa yang diinginkan, maka akan muncul sebuah usaha untuk mencapainya.

kita harus sukses sesuai dengan potensi yang telah ada dalam diri, kita pasti bisa dengan berbagai cara dengan tanpa harus ada yang dilanggar.

sibodoh akan menjadi budak sipinter
silemah akan menjadi budak sikuat
simiskin akan menjadi budak sikaya
pilihan ada ditangan anda

tanpa mimpi dan tujuan hidup
maka tak ubahnya seperti buih dilautan
hanya akan ikuti gelimbang dan terbuang

terpenjara-\

--terpenjara---
"Kemana kau pergi" dia bertanya dlm bisunya. "Ada disini" aku menjawab dgn malu.
"Hemmm..." Dia menatapku sambil mengerutkan keningnya.
"Aku terpenjara dijeruji waktu" saut ku dgn nada lembutku.
"Kakiku terjerat tanpa tali terikat, terkunci dikamar dgn pintu terbuka. Aku dikelilingi penjaga keaman yang tangguh tertidur" tambahku padanya.
Dia berjalan-jalan kecil, berlalu lalang dihadapanku. "Sudahlah jangan menghakimi diri,lihatlah jauh kedepan. Kita hidup sekarang dan berharap besok,lusa dan nanti" dia dengan tegas bicara pada hatiku. "Iya" jawabku dgn menghelai napas panjang.

# Pemenang hanya orang kuat yang akan menang pada akhirnya kuat hati, tak peduli seberapah besar dan banyaknya luka hati. dia tetap kuat m...